Dampak dari Pandemi Covid-19 dirasakan berbagai negara, tanpa terkecuali Amerika Serikat. Bahkan, negara ini menjadi salah satu pusat perhatian saat ini karena korban yang diakibatkan oleh pandemi ini. Amerika Serikat telah menjadi salah satu negara dengan jumlah korban positif terbanyak. Bahkan, baru-baru ini WHO juga menyatakan bahwa bisa jadi Benua Amerika menjadi pusat atau epicentrum baru perkembangan virus ini. Hal ini tidak lain disebabkan oleh fakta bahwa negara Brazil dan Amerika Serikat saat ini menempati peringkat atas negara dengan kasus positif terbanyak di seluruh dunia.
Berdasarkan berita yang dikutip dari The Washington Post, dampak dari pandemi virus corona ini tidak hanya menyerang aspek kesehatan saja. Setidaknya, sepertiga masyarakat Amerika Serikat menunjukkan tanda-tanda depresi dan masalah psikis karena adanya pandemi ini. Hal ini tidak mengherankan karena memang dampak dari virus ini meluas ke berbagai aspek, terutama ekonomi dan sosial. Data ini juga didukung oleh hasil sensus yang dilakukan oleh Census Bureau dan perusahaan agen bola di Amerika Serikat. Penelitian dan pendataan ini ditujukan untuk melihat dampak dari pandemi ini di berbagai sektor, seperti perumahan, keuangan, pendidikan, kesehatan, serta ketenagakerjaan.

Hingga saat ini, The Washington Post merangkum beberapa poin penting terkait perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat terkait dengan Covid-19 ini. Hingga saat ini, setidaknya 5,5 juta penduduk di seluruh dunia telah terinfeksi virus ini, dan 1,6 juta di antaranya ditemukan di Amerika Serikat. Angka ini merupakan angka yang sangat besar, bahkan bila dbandingkan dengan negara-negara lainnya. Dari total tersebut, angka kematian yang tercatat hingga saat ini tekah mencapai 100 ribu lebih jiwa.
Terkait dengan hal ini, Presiden Donald Trump mengeluarkan pernyataan yang memicu kontroversi di media sosial, khususnya di Twitter. Para pengguna platform media sosial ini pun membanjiri tweet tersebut dengan berbagai komentar. Hal ini memberikan dampak yang cukup besar hingga akhirnya Twitter mengambil tindakan karena adanya misinformasi yang disampaikan oleh Presiden Trump. Hal ini menjadi suatu langkah tegas dari Twitter setelah selama ini relatif pasif dalam menangani tweet dari para tokoh dan pemimpin negara. Ini bukanlah pertama kalinya Presiden Trump memberikan pernyataan yang cukup kontroversial di media sosialnya, sehingga tidak mengherankan ketika akhirnya Twitter mengambil langkah tegas.
Mengenai perkembangan virus ini yang terus meningkat di beberapa negara, WHO selaku organisasi kesehatan dunia telah menyampaikan peringatan akan adanya gelombang lanjutan dari virus ini. Negara-negara yang telah mencatatkan penurunan kasus dengan landainya diagram jumlah korban harus siap dengan adanya risiko gelombang kedua dari wabah ini. Amerika Serikat pun tidak luput dari peringatan WHO ini. Gelombang kedua bisa muncul ketika akhirnya lockdown dicabut tanpa adanya persiapan yang matang. Untuk itu, organisasi kesehatan dunia ini memberikan peringatan tegas akan hal itu.

Namun, di tengah pandemi ini, Muriel E. Bowser menyatakan bahwa pada hari Rabu ini, ibu kota akan mulai dibuka kembali, dan kegiatan akan berangsur pulih seperti sedia kala. Keputusan ini dikeluarkan sebagaimana yang dikutip dari The Washington Post. Dikatakan bahwa telah diadakan pertimbangan matang atas pembukaan kembali kota di masa pandemi ini. Keputusan ini tentu saja masih menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan, karena memang hingga saat ini masih belum benar-benar ada perkembangan signifikan terkait penurunan jumlah kasus yang ada di Amerika Serikat saat ini.
Inilah beberapa hal yang dirangkum terkait kondisi Amerika Serikat sebagaimana yang disampaikan oleh The Washington Post. Perkembangan lanjutan terkait pandemi Covid-19 akan terus menjadi perhatian, terlebih lagi melihat status dan kondisi Amerika Serikat di mata negara-negara lainnya.
[wpspw_post show_full_content=”true”]